ONE DAY IN JOGJA

05:44

"Iluk, gimana temen-temen kantor?" Ini adalah pertanyaan umum yang ditanyakan oleh teman-teman saya, dari pengalaman mereka yang merasakan rasis di sebuah kantor atau pun lingkungan yang individualis. Beruntung sekali saya belum menemukan itu di kantor pertama saya. Kalau boleh jujur, lingkungan yang membuat saya bertahan. Obrolan demi obrolan, akhirnya teman-teman kantor saya membuat planning untuk travel keliling jawa-bali-lombok, tapi saya hanya bisa sampai Jogja, Entah kenapa ketika saya mendengar kata Jogja, saya langsung meng-iya ka nya. Tidak bosan-bosannya saya kembali lagi ke Kota Gudheg ini. ada beberapa kendala seperti persewaan mobil di Jogja untuk wisatawan harus ada sopirnya, kalau gamau pake sopir harus ninggalin jaminan sekitar 3 juta (bisa laptop/ motor), akhirnya kita memutuskan untuk menggunakan sopir.
3 teman saya berangkat dari Jakarta, saya dan Rosi berangkat dari Semarang. Kami berangkat menggunakan kereta Semarang-Solo-Jogja, Karena saya dan Rosi sampai lebih awal di Jogja, kami memutuskan untuk pergi ke Taman Sari. Sebenarnya dulu saya pernah mengunjungi tempat ini dengan Sta, namun gara-gara hujan dan waktu yang mepet jadinya ga tuntas kelilingnya. Why not to visit there for 2nd time? Saya kira tempat ini bakal sepi, ternyata rame loh padahal weekday. Taman Sari sering disebut sebagai Istana Air (Water Castle) yang dikelilingi bangunan-bangunan beraksitertur dan keunikannya. Dibalik bangunan bersejarah ini, ternyata ada sisi perkampungan yang bersih serta banyak sekali lukisan dinding yang unik. Lokasi Taman Sari sendiri tidak jauh dari keraton. 
Setelah puas mengelilingi taman sari, kami memutuskan untuk ke Tempo Gelato, makan eskrim yang hits sekali dan selalu ramai. Untuk rasa I'm okay, menurut saya yang buat Tempo Gelato menarik pengunjung adalah karena design interiornya yang unik. Sehingga instagram-able, haha. Orang silih berganti masuk ke tempat ini, harga yang cukup affordable 25 ribu untuk cone dengan 2 scoop ice cream, rasa yang ditawarkan lumayan bergam dari mint, good times, nutella, matcha and etc.


Kali ini saya sebagai orang yang bertanggung jawab untuk menyusun jadwal dan tempat mana yang akan dikunjungi, Saya memutuskan untuk menyelipkan Pantai Greweng dalam list untuk hari ke-2 di Jogja. Pukul 5 pagi, kita menuju ke Pantai Greweng yang letaknya di Gunung Kidul. Perjalanan dari Kota Jogja menuju Gunung Kidul kurang lebih 2 jam, kami pun tidak langsung dimanjakan oleh pasir putih dari Pantai Greweng, namanya juga Hidden beach. Lokasi pantai ini tidak bisa ditempuh dengan kendaraan, jadi kita hanya di turunkan di depan warung kopi yang sebelahnya ada petunjuk "Pantai Greweng". Ya, kita harus jalan kaki menuju sana.
Ekspektasi saya pada saat itu adalah jalan setapak yang bagus, dekat, cepat, dan banyak warung kopi di pinggir jalan. Ternyata salah total, kita harus melewati jalan yang penuh lumpur, bebatuan tajam dan harus naik turun bukit. Saya dan beberapa teman saya sampai kepleset beberapa kali karena jalanannya jeblok, berlumpur, dan terjal. Saya sarankan untuk kalian yang mau ke Pantai Greweng, jangan lupa bawa cadangan minuman yang banyak karena saya yang berekspektasi akan ada warung kopi, ternyata hanya ada 3 titik warung itu pun kalau buka. Saya menikmati perjalanan ini karena pemandangan dari sawah, lumbung padi, nelayan yang lewat sambil menegur sapa dan juga ada Goa Macan yang konon untuk tempat bertapa serta ada sumber air yang berbentuk kubangan besar, biasanya untuk tempat bersih-bersih para nelayan dan petani selesai bekerja


Perjalanan hampir memakan waktu 1 jam ini yang lumayan mengucurkan keringat, terbayarkan dengan pantai yang sepi, tidak ada pengunjung, bersih, dan satu lagi pasirnya putih. Saya loncat-loncat kegirangan walaupun tidak ada signal disana. Saya bersyukur, semesta pada saat itu bersama kita. Cuaca yang cerah dan tidak ada hujan, walaupun perjalanannya capek sekali. Saran buat kalian yang mau kesini jangan saltum kayak saya, gunakan sepatu yang proper buat melingdungi kaki karena banyak jalan yang dilapisi batu-batu.     
Bunyi ombak, semilir angin dan terik matahari sukses membuat saya senyum-senyum sendiri. Sudah lama saya tidak mendengar deburan omba dan pasir putih, terakhir ketika saya pergi ke Bali awal tahun yang lalu. Damai sekali, senang sekali, dan kesempatan ini saya gunakan untu me-reward diri saya setelah 4 bulan terkuras tenaga dan pikiran. I need to decompressing for a while.
Qinan, Rosi, Fatah, Me, Galih
Puas bemain di Pantai, jangan buru-buru untuk pulang karena ternyata ada satu tempat lagi yaitu Pulau Kalong. Lagi-lagi saya berekspektasi, bayangan saya Pulau Kalong ini adalah pulau dengan bibir pantai berpasir putih juga. Ternyata tidak, karena kita harus mendaki lagi dan ini harus ekstra hati-hati karena terjal sekali. Untuk menuju ke pulau kalong sendiri, harus melewati jembatan kayu. Saya yang nyali nya cetek, ga berani haha takut jatuh ke laut karena keamanannya belum terpenuhi. Teman-teman saya yang laki-laki pada berani menuju Pulau tersebut. Usut demi usut, kenapa dinamain pulau kalong karena dulu ada banyak kalong di sana sampai seribuan. Untuk pengamanannya memang belum terjamin, hanya berpegang dengan tali tambang. Saya sempat menanyakan kepada warga lokal, kenapa tidak ada pengaman seperti layaknya jembatan untuk uji nyali ini karena sangat berbahaya, oleng sedikit bisa hanyut ditelan ombak laut. Mas Dudu (warga lokal) bilang kalau pengaman sedang dalam proses pembuatan, semoga saja kalian yang mau berlibur kesini sudah ada pengamannya ya!
photo by @fatahdamar

Jalan-jalan paling unpredictable kali ini dan paling worth it. Penutup tahun yang manis. Sedikit cerita travelling akhir tahun ini dengan berlibur ke Pantai Greweng. Any suggestion for next trip?

You Might Also Like

0 comments