#Inspiring Talk Series with Pengajar Muda Indonesia
06:08Disclaimer: Tulisan ini bukan untuk mendukung ataupun berpihak terhadap salah satu pasangan calon gubernur namun tulisan ini murni dari saya yang ingin berbagi terhadap para pembaca blog saya.
#Inspiringtalk series ini saya tulis sebagai wadah untuk sharing pengalaman dari seseorang yang saya jumpai ke pembaca blog saya. Tulisan pertama tentang series ini saya mewawancari dua sosok anak muda yang merupakan alumni Pengajar Muda angkatan 10 yaitu Ashela Risa (Ella) dan Atika Dinarti (Dinar) yang saya jumpai di Kota kecil Pare, Kediri. Senang sekali, ketika
perjumpaan yang tidak sengaja dengan dinar dan Ela memberikan saya insight
untuk menulis series di blog ini.
Mungkin, sebagian dari kalian
belum mengetahui tentang apa itu Indonesia Mengajar, seperti saya yang belum
paham betul mengenai kegiatan Indonesia Mengajar. Hanya sepintas saja yang saya
tahu yaitu mengajar di daerah terpencil. Namun, ketika mengobrol dengan Ela dan
Dinar, saya mulai paham apa, mengapa, dan bagaimana kegiatan Pengajar Muda ini
di pelosok negeri ini.
Apa yang membuat kalian yakin untuk mengikuti Indonesia Mengajar?
Awal Dinar mengenal Indonesia
Mengajar merupakan perjalanan yang terbilang tidak singkat. Sejak dia duduk di
bangku sekolah menengah pertama, dia mengidolakan sosok Anies Baswedan. Saat
itu dia mengikuti lomba menulis artikel tentang sosok Anies Baswedan yang
merupakan saran dari seorang guru, sejak saat itu dia selalu mengikuti kegiatan
beliau, sampai ketika beliau membuka pendaftaran Indonesia mengajar. Sejak saat
itu Dinar bertekad untuk ikut Indonesia Mengajar suatu saat nanti.
Saat duduk di bangku kuliah di
Universitas Negeri Solo, Dinar tidak lantas lupa dengan keinginannya. Saat itu
di solo ada gerakan similiar dengan Indonesia Mengajar namun lingkup kecil
yaitu Solo Mengajar. Kegiatannya adalah mengajar di taman cerdas yang belum sepenuhnya
dikelola dengan baik, selama 2X seminggu kegiatan ini berlangsung. Dinar dengan
antusias menjabarkan bahwa kegiatan Ini menjadi tempat penghilang suntuk dia
dari dunia perkuliahan. Dinar pun semakin yakin, ini merupakan jalan yang
digariskan oleh Tuhan untuk mengikuti Indonesia Mengajar.
Sedangkan Ela yang sudah
mengikuti seleksi Pengajar Muda kedua kali nya ini yakin untuk mengikuti
Indonesia Mengajar karena pada saat dia masih semester 4 di Universitas Sumatra
Utara, seorang teman memberitahu dia tentang rekruitmen IM dan daerah asal Ela,
Bengkalis adalah salah satu sasaran IM. Ela segera mengecek website IM dan menemukan
kata-kata yang mengena hati yaitu “mendidik itu adalah tugas orang terdidik”,
Akhirnya dia blogwalking ke beberapa blog dari alumni IM dan dia terkejut saat
dia membaca salah satu blog dari alumni IM ini saat mengajar yaitu ketika
anak-anak di daerah bengkalis ini ditanya “nama
presiden kita siapa? Anak anak langsung bilang “Ahmad Badawi” padahal
beliau adalah perdana menteri Malaysia”. Ini lah yang membuat Ela sampai merasa terpanggil dan ingin ikut IM.
Bagaimana kalian menghadapi resiko-resiko saat kalian mengikuti
Indonesia Mengajar yaitu terbatasnya untuk berkomunikasi?
Pengajar Muda sebelum
diberangkatkan ke berbagai daerah penempatan mendapatkan pelatihan. Pada saat
pelatihan selama 2 minggu ini mereka dikondisikan dulu seperti layaknya dia
berada di daerah penempatan seperti tidak boleh megang telepon genggam, menu
makan sederhana seperti tahu, tempe hingga jengkol, dan survival di hutan. Saat pelatihan pun Ela lantas mengkomunikasikan
ke orang tua jika dalam 1 minggu, hanya hari sabtu saja dia dibolehkan untuk
menggunakan handphone. Hal yang paling Ela takuti adalah jika terjadi apa-apa
oleh orang tua nya ketika dia jauh dari keluarga.
Namun, pelatihan ini disiapkan
agar apapun yang terjadi di daerah para pengajar muda sudah siap dengan segala
resikonya. Saat pelatihan pun para alumni pengajar muda datang untuk sharing cerita mereka saat di daerah.
Alumni PM di penempatan Ela menceritakan jika di daerahnya masih ada sinyal,
ada listrik akan tapi sulit air dan akses transportasi pun tidak sulit. Desa
Ela adalah Desa Oeoko. Oe itu berati air , Oko artinya tidak ada. “
Bagaimana dengan toleransi yang terjalin ketika di daerah tempat
penempatan? Apakah kalian mengalami kesulitan untuk beribadah?
Ela menjadi seorang minoritas di
desa Oeoko, yang mayoritas masyarakatnya beragama kristiani. Ela tinggal
bersama seorang nenek yang tempat tinggal nya tidak ada sumur, sehingga setiap
hari nenek ini harus memikul air dari sumur rumah tetangga. Ela yang tidak diperbolehkan
untuk mengangkat air oleh nenek akhirnya penasaran dan dia pun ikut mencoba
memikul air dengan kayu yang cukup berat.
Sampai sang nenek pun tidak bisa menahan tawa dan bilang ke Ela untuk
tidak usah ikut memikul air “Aduh ibu, nenek sudah bilang ko, tidak usah
ambil air, biar nenek aja”.
Karena tidak enak dan merasa merepotkan sekali, jadi dia berusaha buat
ngehemat air.
Sang nenek juga selalu memasak sayur, sehingga dia tidak perlu
khawatir untuk makan sehari-hari karena sebagian besar masyarakat desanya memelihara babi.
Tingkat toleransi di desa Ela pun berlanjut ketika puasa Ela dibuatkan makan
untuk sahur, dan diingatkan untuk sholat. Lucunya, ketika di perpustakaan
sekolah, saat Ela belum ashar dia sampai ditegur oleh murid nya “ibu Ela udah sholat belum”?
Kegiatan apa saja yang kalian laksanakan saat Indonesia Mengajar?
Biasanya dalam 1 kecamatan itu
terdapat 1 Pengajar muda, namun tidak menutup kemungkinan jika terdapat lebih
dari 1 PM. Untuk tugas di sekolah ini tergantung oleh kebutuhan sekolah, apakah
sekolah tersebut kekurangan wali kelas atau mungkin guru bahasa inggris, maka PM
akan mengisi kekosongan tersebut. Desa tempat Dinar mengabdi merupakan desa
apung di pesisir kapuas sehingga dia hampir tidak pernah menginjakkan kaki di
tanah kecuali jika sedang surut. Untungnya 6 bulan sebelumnya pam baru datang,
sehingga dia tidak pernah merasakan minum dan mandi di air yang sama yaitu air
sungai. Pernah juga dinar mandi di
sungai karena saluran pipa yang rusak, sehingga warga desa bersama-sama mencari
pipa yang bocor tersebut untuk memperbaikinya.
Dinar sendiri memilih untuk
menjadi wali kelas 4 dan membantu ekstrakulikuler pramuka. PM sendiri memiliki
misi dalam pendekatan perilaku dengan harapan semua masyarakat disana
berkolaborasi untuk meningkatkan kesadaran tentang pendidikan. PM sendiri
kegiatannya bukan hanya mengajar namun juga terjun langsung ke masyarakat yang
fokusnya ke pendidikan baik itu warga desa, stakeholder, hingga kabupaten.
Setelah 5 tahun selesai desa ini diharapkan mandiri dan percaya diri. Indonesia Mengajar ini mengambil pengajar
muda dari berbagai macam background, dengan tujuan agar mereka tetap memiliki
kepedulian dengan pendidikan. IM sebagai sekolah kepemimpinan untuk pengajar
muda, walaupun tidak dipantau dan memiliki kebebasan dalam berekspresi dalam
mengabdi di masyarakat serta mendorong tumbuhnya gerakan-gerakan sosial seperti
yang bisa dilihat sekarang banyak sekali gerakan-gerakan yang tumbuh yang
dicetuskan oleh alumni IM dengan satu visi dan misi yaitu pendidikan. Gerakan
yang kegiatannya menjejaringkan komunitas-komunitas di daerah dari kabupaten
satu ke kabupaten lain, seperti RUBI atau biasa kita kenal dengan Ruang Berbagi
Ilmu yang kegiatannya adalah mengirimkan guru-guru dari kota ke daerah untuk
mengadakan pelatihan.
Apa saja tantangan yang harus dihadapi saat mengajar anak-anak?
Anak anak yang diajar oleh Dinar mayoritas
ayahnya bekerja sebagai nelayan dan ibunya noreh getah karet ke hutan sehingga
intensitas pertemuan antara anak dan orang tua terbatas karena pada saat pukul
5 subuh orang tua mereka sudah harus berangkat kerja, sehingga anak anak ini luput
perhatiannya, berangkat ke sekolah dengan perut kosong pun sudah. Kecenderungannya
anak-anak ini menjadi nakal dan cuek, dan orang tua melimpahkan tugas kedua
sebagai penasehat anak ketika mereka nakal kepada guru anak tersebut.
Dinar pun menceritakan muridnya
bernama Chairul yang tinggal bersama neneknya di desa karena ayah ibu nya sudah
bercerai dan sama-sama tinggal di kota. Anak ini cenderung nakal, Dinar pun
menjadikan anak ini sebagai ketua kelas, suatu saat ada teman Chairul
mengganggu dia, chairul yang tidak merasa dia salah pun tidak mau meminta maaf
dahulu. Tadinya Dinar yang merupakan wali murid Chairul tidak aware dengan
kondisi anak ini, sepulang sekolah dinar berusaha menengahi anak-anak ini untuk
mendapatkan klarifikasi mengenai apa
yang terjadi sebenarnya.
Sampai suatu hari Chairul tidak
mau masuk sekolah lagi, karena dia merasa kurang pintar dari yang lain dan
karena dia rindu dengan orang tua nya sehingga dia memaksakan diri untuk
pergi ke kota tanpa sepengetahuan Dinar.
Saat di kota, Dinar mengunjungi kediaman orangtua Chairul, ternyata dia tidak
meneruskan sekolahnya di kota. Ibu nya ini cenderung membela chairul kalau anak
ini baik dan bantu ibu nya jualan. Naluri Dinar terpanggil untuk membantu anak
ini agar tetap bisa sekolah lagi. Namun tetap saja dia masih jualan keliling. Suatu
ketika dinar minta tolong ke kepala sekolah dan rekan guru di sekolah dia,
akhirnya setelah perdebatan panjang Chairul yang selama 1 semester tidak
berangkat sekolah, dia mau pulang ke desa dan ke sekolah lagi di akhir masa IM Dinar.
Selain Chairul, Dinar memiliki
murid bernama Rabiah yang merupakan satu
satunya anak yang menggunakan sandal jepit di sekolah dan dia pun sering diejek
“bu kita kan kalo ke sekolah harus pake
sepatu dan kaos kaki”. Walaupun demikian, kegigihan Rabiah belajar pun
patut diacungi jempol karena dia
sepulang sekolah juga harus membantu ibunya berjualan sayur keliling desa. Saat
itu, Rabiah tiba-tiba sakit, warga desa pun bilang jika kemungkinan Rabiah kerasukan
hantu sungai, sehingga warga satu desa tidak mau mendekati rumah dia karena
menganggap dia kena kutukan dan takut ketularan. Ini disebabkan karena
kurangnya pengetahuan mengenai dunia kesehatan. Warga desa tempat dinar
tinggalpun menganggapnya itu kejadian mistis.
Dinar pun mengajak anak muridnya
untuk menjenguk Rabiah, namun terjadi penolakan oleh mereka karena takut
kerasukan. Setelah memberikan pendekatan dan mengubah mindset anak-anak jika
tidak akan terjadi apa-apa dan jika ada teman yang sakit harus didoakan serta
dijenguk, akhirnya anak-anak pun mau ikut menjenguk Rabiah. Saat ke rumah
Rabiah, Ibunya tidak kuat menahan air mata, karena tubuh Rabiah saat itu tidak
bisa digerakkan. Rabiah dengan polosnya bilang ke ibunya “kalo besok aku meninggal
tidak usah repot repot obatin aku ke kota, bu”. Alhamdulillah saat ini Rabiah
pun sudah sehat dan bisa sekolah lagi.
0 comments