Obrolan, Kedai Kopi, dan Yogyakarta

07:36

Cerita tentang Yogyakarta lagi, mungkin juga akan ada beberapa sub bab yang akan saya tulis kembali. Kali ini tentang pertemuan dengan kawan lama dan kedai-kedai nyaman yang menjamur di kota ini. Belum genap 1 tahun mencoba mengenal lebih dekat kota ini, sudah banyak saja daftar tempat makan atau kedai kopi yang mendapatkan predikat "a must visited-place" oleh para tamu-tamu mereka yang berbagi informasi dengan menaruh hastag di instagram. Walaupun saya tidak bisa minum kopi, karena lambung saya menolak mentah-mentah masamnya kopi, tetap ada pilihan selain kopi di kedai-kedai tersebut, Untungnya. 
Sebulan kebelakang ini pula, rasa-rasanya Yogyakarta seperti titik bertemu nya saya dengan teman-teman lama. Ada yang karena main saja, ada yang tiba-tiba datang, ada yang karena urusan pekerjaan. Tentu, ini jadi hal yang bisa saya manfaatkan agar kemageran ini teralihkan. Gimana ga mager, cuaca Yogja akhir-akhir ini bisa dibawah 20 derajat di pagi hari. Alhasil indekos jadi pilihan utama untuk menghabiskan akhir pekan. Entah berapa kali saya menolak ajakan untuk pergi, sampai membuat mereka yang saya tolak ajakannya geleng-geleng dan mungkin malas buat mengajak lagi. Pertemuan dengan teman lama ini juga sebagai kesempatan untuk mengetahui update mereka karena sudah lama sepertinya tidak membuka obrolan dengan mereka secara langsung. Dari beberapa pilihan kedai kopi dan rumah makan ada tiga kesukaan saya yaitu Tempo Gelato, RM Demangan, dan Hayati. Memang tidak ada suguhan makanan khas Yogyakarta disana, namun karena tujuan kami untuk bertukar cerita pun sepertinya tempat-tempat ini terlihat nyaman. Bagi saya, yang bisa menjadi rekomendasi adalah tempat yang nyaman, lagu yang diputar menyenangkan, makanan yang mengeyangkan bonus interior yang mempercatik ruangan.




Sepertinya dalam sebulan itu, saya bisa bolak balik ke Tempo Gelato seminggu sekali. Ketika mengantri, sayup-sayup saya mendengar obrolan dari remaja sebelah saya "pilih yang warna nya beda ya, biar bagus di foto nya". Baik, tempat ini memang foto-able haha saya pun harus mengakuinya. Pencahayaan yang bagus ketika senja datang serta puluhan foto dengan frame hitam yang ditata sedemikian rupa di dinding menjadi daya tarik sendiri.  Sambil memperhatikan sekeliling saya, yang sibuk satu persatu bersua foto dengan eskrim yang sebentar lagi menetes di meja. Kami pun memulai obrolan tanpa aba-aba. Lontaran beberapa pertanyaan dari mereka saya jawab, dan sebaliknya saya memberi pertanyaan. Obrolan satu jam, dua jam, bahkan tiga jam terasa kurang rasanya karena cerita setahun ataupun dua tahun itu di rangkum waktu itu juga. Dari pertanyaan mengenai pekerjaan, rencana kedepan, hingga diskusi receh yang dilengkapi tawa cukup membantu mengembalikan memori saya pada masa-nya. Masa kuliah, masa bekerja di perusahaan berlogo merah, masa ketika aktif di organisasi biru yang harus diingat ya masa-masa lucu nya dan menyenangkannya.
Berbicara mengenai tempat dengan komposisi yang pas dilengkapi elemen-elemen pendukung seperti lagu yang diputar dan interior yang pas itu adalah definisi dari RM Demangan. Ketika masuk, bentuk bangunannya sudah menampakkan diri sebagai sebuah rumah yang di rombak sebagai tempat singgah untuk bersantai sejenak. Kami pun memilih di ruang tengah, dengan bentuk kursi yang berbeda-beda. Sepertinya pemiliknya memang menyukai barang-barang unik dan antik. Berbagai tanaman yang entah saya pun tidak tau sebutannya itu menghiasi sudut-sudut ruangan. Dinding berwarna merah muda pun tampak menenangkan dengan pilihan lagu yang tidak terlalu keras seperti di pusat perbelanjaan jadinya pengunjung termasuk kami ini yang ingin mengobrol pun leluasa tanpaa harus menaikkan volume suara. Walaupun memang agak pricey untuk ukuran kota Yogyakarta.




Dan ulasan terakhir yaitu mengenai kedai kopi bernama Hayati yang letaknya tidak jauh dari RM Demangan ini. Putih dan bersih yaitu kesan pertama saya ketika mengunjungi coffee shop ini. Terlihat kecil dari luar, namun jangan salah ternyata cukup luas di area belakang. Beberapa pengunjung tampak sibuk dengan laptop dan setumpuk buku, kalau diliat-liat sepertinya sedang mengerjakan tugas kuliah. Cukup menebak-nebaknya :p Saya pun memilih minuman tak berkafein karena dari pada pingsan di jalan karena lemas lambung tak kuat.
Beberapa tempat tadi, kemungkinan besar akan saya kunjungi lagi dan lagi dan juga cerita mengenai tempat makan ataupun kedai kopi yang bergaya otentik mungkin saja akan muncul kembali di post berikutnya. :p



You Might Also Like

2 comments