A DAY WELL SPENT IN KOTA GEDE

08:39

A free-day has to be well-spent at least for me, entah itu dengan goleran di kamar sambil nonton drama korea disuguhi kentang goreng paling enak beli di supermarket berlogo biru itu, tentunya di taburi boncabe, apalagi kalau sudah hujan, dah sempurna, semua terlihat pas pada porsinya. Tapi, pagi ini beda, beda karena kepikiran ini itu sampai pada titik memutuskan untuk pergi sebentar jalan kaki ke daerah dekat indekos. Alhasil, bangun-bangun langsung siap-siap ambil kamera dan kabur bentar 5 menit ke Kota Gede. Ragu-ragu sambil lalu, Sejujurnya khawatir muncul takut di cat-called sampe takut di jambret ataupun di culik, emang dasarnya banyak mikir, jadi bikin afirmasi ke diri sendiri untuk buang jauh-jauh pikiran itu sambil bismillah aja lah, jalan jalan sambil liat orang dan kucing-kucing biar senang.
Baru juga matahari terbit, pedestrian sepanjang jalan kota gede sudah ramai dengan orang-orang yang sepertinya lagi berburu sarapan enak dan murah di penjaja makanan. Ada sate ayam, lontong sayur, nasi kuning, gudheg, gandos, pukis, edebra edebre semua tercium menyatu jadi komponen bau yang bikin lapar tentu saja. Menimbang-nimbang jajan sekarang apa jajan nanti, ah jajan nanti aja di pasar pikirku. Saatnya untuk cari tujuan pertama yang bisa jadi meeting point yaitu Masjid makam raja mataram, biar ga nyasar-nyasar banget lah.




Sepertinya keputusan tanpa menggunakan maps jadi keputusan terbaik, karena mau-ga-mau harus modal nanya ke bapak-bapak ibu-ibu yang dilewati, walaupun dijawabnya dengan "ke timur, utara, selatan, barat" dengan sigap dan pasang muka melas minta diganti dengan kanan dan kiri aja. Mereka mengangguk sambil nahan ketawa, terlihat dari raut muka mereka, aku tahu mereka pasti mikir ini anak nyasar dari mana sok ide jalan-jalan tanpa arah uhuhu gapapa, tetap ku haturkan matursuwun ibu bapak! Waktu melewati pasar, oomaoo, ramai sekali. Harus gesit melewati motor-motor banyak sekali sambil jalan cepat. 
Setelah lewat pasar, terlihat sudah gang-gang kecil dengan nama-nama jawa dan kaca bulat besar untuk membantu para pengendara sepeda sama motor biar tidak tabrakan. Suara ayam udah mulai saut-sautan dilengkapi mbah-mbah lagi nyapu jalanan, "Monggo, Mbah" jadi kata andalan setidaknya untuk permisi mau lewat. Dan baru tau kalau monggo itu silahkan, permisi itu nyuwun sewu ha ha ha. Sesampainya di Makam para raja ini, bangunannya batu-bata disambut dengan pohon besar yang sayangnya ga ada guide sepagi itu jadi baca papan yang tentunya di wikipedia sudah pasti ada, terlihat beberapa orang dari yang lagi nyuapin anaknya, foto selfi sana dan sini sama masnya, sepedaan keliling area makam, dan ada suara Mbah-mbah di beberapa sendang lagi melepar canda karena terdengar ketawa ketawa nya, Sungguh hidup mereka kayak tanpa beban gitu.
Setelah dirasa cukup ke area ini, jadi mau menelusuri jalan-jalan setapak lagi, oo tentu dengan instinc ketika ada jalan pasti ada jalan keluarnya, mantap, aku suka semangat mu Luk! lanjutkan. Adaloh gang-gang yang cuma bisa dilewati 1 motor aja tapi masih punya taman, yang bikin terkaget-kaget bunga telangnya banyak sekali. Coba ada yang punya, mau coba nembung kalau mau minta haha kan lumayan, buat bikin teh telang huu. Sayang, adanya si kucing yang lagi awas liat aku yang dari tadi motret mulu. Jalan tanpa mikirin ini itu selain mikirin jalan kemana lagi menyenangkan juga, sampai ga kerasa jalan selama 2 jam dan istirahat bentar di pabrik coklat ternama namanya Monggo walaupun aku pun belum pernah nyoba coklat asli Jogja itu yang ada nyobanya Silverqueen~ ah oldies but goldies~.  Celingak-celinguk, tiba-tiba ada beberapa mas-mas yang kayaknya karyawan Monggo ini udah dandan rapi pakai bawahan jarik dan beskap sepertinya (ok mulai berasumsi) mau ada acara di luar. Biar ga awkward, mari keluarkan jurus basa basi, "Mas, belum buka ya?" haha ku akui emang diriku ga pintar cari topik basa basi, ya mana ada jam 6 pagi toko buka oneng huf. Ya~ namanya usaha.



Dalam hati pingin minum seger-seger gitu, jadi masuklah ke pasar kota gede dan nemu Ibu-ibu jualan jamu. Penjual jamu di jogja ini sungguh khas banget, pakai tangan bikin jamu nya satu satu. Jadi harus buang jauh-jauh jiwa kebersihanmu Iluk~ Ibu nya pun langsung sigap tanya ke calon pembelinya yaitu aku yang lagi-lagi celingak-celinguk, "Jamu untuk pilek ya bu", disambutnya dengan senyum tanda paham permintaanku. Tangannya mulai lihai ambil bahan-bahan yang akan dicampurkan di gelas yang terbuat dari batok kelapa lalu disodorinnya ke aku "ini, dek". Ok bentar, langsung aku ambil handphone buat cekrak cekrik haha ya maap ini keren, sambil minum dan ternyata pahit. Langsung, dikasih tombo manis yang lumayan jadi penawar rasa pahit itu. Ibu-ibu sebelahku dan ibunya pun berkonspirasi untuk ketawa huaa langsung diceritain bahan-bahan didalamnya ada temulawak, cengkih, cabe, edebra- edebre. Ooo baik!
Pulang-pulang, kayak dapet cerita baru lagi dan ketagihan jalan-jalan ngalor-ngidul di Jogja. Tinggal di kota ini memang jadi keberuntungan karena hawa nya itu loh yang terlalu adem dan nyaman untuk menghabiskan hari-hari sampai tua nanti. 


You Might Also Like

2 comments

  1. Baca postinganmu ini jadi bikin kangen Yogya, Luk! Setiap kali ke sana aku selalu membatin suatu saat ingin berkunjung selama beberapa hari supaya puas mengeksplore Yogya, termasuk jalan-jalan tanpa peta di beberapa neighborhood di sana. Btw, lebih sering posting dong tentang kehidupan di Yogya! X)) #pembacabm

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yogya emang selalu ada yang pengen di explore ka, dan ga cukup sehari kalo kesini. Sebagai pensiunan duta wisata Semarang dan beralih ke Jogja, aku akan menuruti permintaan netijen~ #mantap hahaha! tunggu postingan tentang Jogja selanjutnya ka~~

      Delete