Less Waste

05:45

Sudah hampir 2 tahun ini memulai menjadi pengamat dari perubahan gaya hidup yang mengedepankan kehidupan berkesadaran serta hidup minimalis. Iya, jadi pengamat aja sambil berharap ke brainwash buat melakukan hal serupa apalagi melihat faktanya pengelolaan sampah yang bercampur jadi satu di tempat pembuangan akhir menumpuk begitu saja, sampah domestik hingga yang berbahaya bisa jadi menjadi satu tanpa dipilah. Kalau ngeliat langsung suka ga tega sama orang-orang yang harus berjibaku dengan sampah yang mungkin bisa jadi sumbernya ya dari sampahku sendiri.
Sepulang dari Bali tahun 2015 lalu yang secara spontan mengunjungi Green School, walaupun ga sampai masuk karena kepagian sampai sana jadi hanya melihat se-itik saja, dan berhasil membuat saya penasaran apa sih bagusnya Green School. Dari website nya sendiri hingga youtube dan berujung melihat hasil karya anak-anak didiknya yang gila ini umur segini dulu aku masih main bekel kali, mereka udah bikin gerakan yang manfaatnya untuk lingkungan dan orang sekitar. Seperti karya Melati Wisjen dan Isabelle @byebyeplasticbag dan produknya Ben Fijal @triupcycle. Secara tidak langsung, karena melihat rekomendasi video di youtube, saya pun juga dipertemukan dengan beberapa video content creator salah satunya adalah Lauren Singer yang menunjukkan cara dia meminimalisasi kan sampah di kehidupan sehari-harinya yang berujung berhasil mengumpulkan sampah selama 3 tahunnya dalam 1 jar yang berisikan bahan-bahan yang tidak bisa di daur ulang. Ketika melihat video grocery  nya saya cuma berandai-andai, coba di Indonesia ada bulk store seperti di luar negeri, andai mencari pengganti makanan berkantong plastik itu mudah di sini. Padahal kalau mau usaha sedikit, di Pasar, kita juga bisa kok belanja tanpa harus berhadapan dengan plastik. Misal, beli beras atau beli sayuran.


Semakin kesini apalagi tahun 2018 ya, muncul akun-akun di sosial media khususnya instagram yang meng-kampanye kan hidup hemat itu ga susah, bawa bekal itu ga usah malu, pake baju itu itu aja juga gapapa. Seperti didukung untuk mengurangi tingkat konsumerisme haha. Salah satu akun  paling favorite memang punya mba @atiit karena cara dia menyampaikannya sangat mudah dipahami dan berhasil buat saya mikir + berubah pelan-pelan dari cara gaya hidup. 
Setelah menamatkan menjadi pengamat, perlahan-lahan saya mulai mencoba hal-hal kecil yang ternyata menumbuhkan kepuasan tersendiri seperti membawa tempat makan dan tumblr kemana-mana apalagi selain saya suka sekali dehidrasi dan butuh asupan air tiap saat karena bisa-bisa berakhir ke minimarket untuk membeli minuman manis. Mengurangi minuman bersoda juga jadi pilihan hidup saya 2 tahun ini, walaupun dalam acara tertentu seperti acara kantor yang menyuguhkan minuman bersoda tidak bisa saya hindari.
Ketika booktalk bulan desember kemarin, ternyata saya menemukan beberapa peserta yang memiliki ketertarikan yang sama dengan saya yaitu tentang pola gaya hidup berkesadaran ini. Kami membahas beberapa poin seperti decluttering hingga proses pemilahan sampah hingga memberikannya ke drop point Bank Sampah, syukurnya di Semarang sekarang ada yaitu @Sampahmuda. Entah ada angin apa, saya memulai membuka obrolan tentang Pasar Papringan, karena saya lagi cari teman impulsif yang bisa diajak kesana haha dan ternyata Shasa dan Mba Dewi sama-sama excited buat pergi kesana. Cerita tentang Papringan, akan saya tulis terpisah di post berikutnya ya!



Nah, Sepulang dari pasar papringan dan obrolan dengan Shasa dan Mba Dewi saya menjadi ingin pelan-pelan mengganti produk sekali pakai yang lain. Masih kecolongan ketika membeli bahan-bahan masakan, karena dengan plastik sekali pakai akan memudahkan. Entah ada angin apa, ada kain kanvas yang belum dipakai di kamar sisa menyulam, jadinya saya kepikiran untuk membuat produce bag dari bahan tersebut yang terbagi menjadi 5 kantong. Tadinya saya berfikir untuk menjahit sendiri, ternyata mesin jahit di rumah sudah tidak beroperasi dengan baik, jadinya saya melarikan bahan ini yang sudah di potong ke bapak-bapak penjahit di sepanjang tlogosari. Ongkosnya pun tergolong murah 5 produce bag dipatok 20,000 rupiah, saya sengaja minta bapaknya untuk membuat lubang khusus untuk saya masukkan t-shirt yarn sisa workshop kemarin. Untuk membuat tas ini pun, saya membagi nya sesuai kebutuhan karena biasanya saya membeli bahan makanan seminggu sekali di warung mase, jadinya saya buat 2 kantong ukuran 15X10 untuk dibuat beli cabe dan bawang-bawang, sisanya yang sedang untuk beli beras atau kentang, dan satu tas khusus untuk membeli telur dan yang terakhir agak besar untuk beli sayur mayur. Jujur saja, motongnya memang suka-suka haha jadi suka-suka kamu saja ya.


Ternyata hal-hal sesimpel membawa tempat belanja sendiri hingga membuat produce bag dari bahan yang ada di rumah bisa muncul perasaan bangga pada diri sendiri haha. 

You Might Also Like

2 comments

  1. Aaa, jadi pengen bikin produce bag kaya gini jugaa. Seandainya ada bapak2 Tlogosari yang bisa jahit murah meriahhh.

    Aku selama ini kalo belanja ke open market jdnya bawa dan pake plastik2 bekas buat misahin tiap jenis sayur dan buah. Tapi setelah beberapa kali pake kan akhirnya usang jdnya mau ga mau dibuang dan berujung guilty feeling X(

    ReplyDelete
    Replies
    1. ayo ka, bikin! nanti kalau udah pulang ke Indo, terus minta jahitin ke penjahit keliling :D waktu pake produce bag nya jadi bangga sendiri haha.

      ke-brain wash buat ke less waste berhasil ketika ada perasaan guilty feeling waktu mau-ga-mau harus pake plastik. Aku juga sering gitu, karena di kondisi yang tidak bisa dihindari kayak pemberian orang, makanan dari kantor. Setidaknya ada "usaha" menuju kesana

      Delete