Kembali ke Bandung

02:25

Akhirnya kembali ke kota yang meninggalkan kesan saat dulu tinggal selama kurang dari satu tahun itu. Selama itu pula telinga ini mulai mencoba beradaptasi dengan bahasa sunda "Mangga, Nuhun, Punten". Alhasil kalau saya bertemu dengan teman yang berasal dari jawa barat, ice breaking saya dengan menyebutkan tiga kata tersebut. Alih-alih menirukan logat nya malah jadi bahan lelucon teman-teman saya karena terdengar tidak pas behehe. Saya pun paling suka kalau mendengar cerita tentang kota ini dari teman-teman saya, berasa ada ikatan batin antara anak dan ambu nya haha. Angkot yang lalu lalang berwarna biru telur asin dan hijau dedaunan jadi transportasi terbaik pada saat itu untuk mengantarkan saya keliling Bandung. Rencana untuk berjumpa lagi pun sebenarnya sudah ada dari satu tahun lalu, namun lagi dan lagi saya harus menundanya sampai pada akhirnya dua bulan lalu ketika teman-teman saya membeli tiket ke Yogya, saya pun berfikir untuk mempercepat kunjungan balasan dari bulan November ke September, tanpa ba bi bu saya langsung membeli tiket kereta dengan perasaan senang dan lega. Iya sebegitu nya saya suka dengan kota itu. Sudah terlalu lama pula tidak berpergian jauh, ada rasa kangen juga melihat kereta, berinteraksi dengan orang baru yang ditemui di kereta untuk sekadar bertanya "mau kemana?dari mana?" lalu berhenti seketika karena sudah ingin terlelap walaupun harus berjibaku dengan posisi tidur yang tidak enak sama sekali.


Trip kali ini pun bukan tergolong trip ambisius, satu dua tiga tempat wisata harus dikunjungin. Tidak. Saya cuma mau makan enak, lihat jalanan Bandung, dan bertemu teman-teman. Jadilah itinerary kali ini kalau diliat udah seperti itinerary memburu makanan haha. Cuanki Serayu dan Sei Lamera menjadi favorite saya kemarin. Enak! padahal Sei itu kan dari NTT yah haha terus untuk Cuanki ya jangan lah kalian tanya rasanya, yang pasti kayak bakso malang tapi pake aci eumm enak! *sekali lagi*. Kalau ditanya apa yang berbeda dari kota ini dibandingkan dengan 6 tahun lalu emm, Bandung itu terlihat sudah banyak perubahan dan semakin padat. Terlihat pasteur dari yang dulunya macet sekarang pun makin macet. Sesekali pula saya juga nyeletuk ketika melewati beberapa rute yang terlihat familiar "Itu angkot ke BIP kan ya?" "aku biasa nunggu disana tu di mamang-mamang ubi cilembu buat balik dari Ciwalk". Feels nostalgic. 




Ada 2 highlight dari kunjungan ke Bandung yaitu Kineruku dan Kopi Djawa. Kineruku menjadi tempat yang saya tunggu-tunggu untuk disinggahi, walaupun agak celingak-celinguk karena palang nya menjorok ke dalam jadi tidak terlihat oleh mata saat mau cari parkir. Kesan pertama saat lihat bangunan rumah buku ini adalah seperti rumah pada jaman dulu dengan tinggi atap yang rendah, lantai tegel berwarna merah pudar,  dan beberapa rak-rak buku yang terlihat mentereng dari pintu depan. Pengunjungpun dipersilahkan menaruh tasnya di loker yang telah disiapkan untuk mereka yang mau masuk ke rumah buku ini, seperti perpustakaan pada umumnya ya, mungkin antisipasi agar mereka yang tangannya nakal ketahuan. Tidak ada keramaian berati di toko ini, hanya suara-suara kecil yang saya tangkap dari sepasang laki-laki dan perempuan mungkin umurnya sudah 40an (sepertinya) yang berdiskusi mengenai gusarnya mengajar mahasiswa, sesekali tangan laki-laki itu menghisap rokok yang sudah dia siapkan dengan sengaja di meja kecil itu dengan asbak penuh abu rokok dan secara bergantian mengambil segelas kopi susu untuk diseruputnya. Sembari saya melihat judul-judul buku yang terlihat asing di mata saya, dari buku filsafat yang terjejer di rak atas dan buku fisika dasar. Di bangku belakang, saya memperhatikan 3 laki-laki muda dengan buku nya masing-masing. Tidak tau pasti apa judulnya, namun tidak ada suara berati juga dari mereka. Tetap, rokok sepertinya jadi kawan setia buku itu sambil dibolak-balik halaman berikutnya. Saya pun memesan nasi goreng dan lemon tea tanpa ada embel-embel tisu ataupun sedotan di pesanan saya, kayaknya Kineruku ini punya prisip go green deh. Makanan yang saya pesan pun tidak zonk, karena enak. Em, apa semua makanan menurut lidah saya enak ya? ku tak taulah, yang penting kenyang. Seusai makan pun saya mulai cari-cari buku yang siapa tau bisa saya bawa untuk dibaca di kereta, alhasil saya tertarik memilih buku dari penerbit independen Post yaitu Aku, Beps, dan Meps sama Semasa. Review nya nanti saja ya, yang kalian perlu tau, saya ketawa-ketawa baca Aku, Beps dan Meps.



Yang kedua adalah Kopi Djawa, tempat ini dikunjungi diluar rencana karena tanpa sengaja ditemukan saat saya dan kedua teman saya berjalan menyusuri Braga yang ramai tapi wajar itu. Katanya kalau di Kopi Djawa itu pengunjungnya bisa penuh sampai mengantri diluar pintu, untungnya kita saat itu bisa dapat tempat duduk. Bangunannya mengingatkan saya dengan Tekodeko di Semarang, yang mana warna coklat mendominasi. Gantungan pot dengan teknik macrame diletakkan disudut-sudut coffeeshop ini. Lagi-lagi saya melihat buku-buku yang sengaja jadi santapan mereka yang datang kesini, karena wifi tidak disediakan. Tidak terlalu ramai juga saat itu, jadi saya bisa leluasa keliling memperhatikan buku-buku yang ada sembari menjempret beberapa area yang saya suka. Ada juga local handmade store yang menjadi satu dengan coffeeshop ini dari postcard, totebag, notebook dan beberapa sticker kucing yang diletakkan di meja dengan penerangan lampu yang kecoklatan. Langsung aja saya teringat ke-BM an saya yang ingin buat seperti itu. Saya pun memesan kopi susu djawa dengan permintaan kepada baristanya agar mengurangi kopi nya, walaupun terlihat muka ragu dari baristanya tapi dia mengiyakan permintaan saya haha dari pada saya pingsan akibat kopi kan ga lucu pemirsah.




Bandung semenyenangkan ini ya, terlihat romantis yang pas aja tanpa dibuat-buat dengan lampu-lampu redup sepanjang jalan Asia Afrika. Apalagi hujan malam itu datang dan lagu perahu kertas menemani. Ah suka!Besok jumpa lagi ya.

You Might Also Like

2 comments

  1. Ahhh Luk, ku jadi rindu Bandung seketika setelah baca postingan kamu ini :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bandung emang ngangenin ya Ka, masih kepikiran aku sama Kineruku sampe sekarang :") yuk tahun depan ketemu di Bandung ka!

      Delete