The Reason Why I learn to Sew
07:04
"Luk, ngapain sih belajar jahit mending beli kali"
"Luk kamu mau kayak X ya?"
"Luk, kamu tuh salah jurusan deh"
dan segala macam pernyataan yang dibuat oleh orang-orang yang akhir-akhir ini diterima. Pastinya mereka memiliki alasan sampai dengan pernyataan tersebut keluar. Aku jelasin dulu kali ya latar belakangku haha kayak biografi, kuliah ambil jurusan hukum, kerja dibagian human resourse, hobinya selain haha hihi juga nge-blog, crafting, bikin workshop lalu sekarang jahit. Sekilas, kayak anak banyak mau yang nyasar sana sini alias ngga nyambung bok. Kadang aku senyumin aja, kadang biar mereka berspekulasi dengan imaginasi mereka, kadang aku bales dengan ceramah dan kasih penjelasan dengan se-detail mungkin tentang asal muasal kenapa semua itu terjadi. Tergantung mood aja. Hobi-hobi bercabang itu muncul dan berkembang dengan sendirinya, ditambah lagi sekarang media sosial bisa mengjangkau akun-akun yang bisa jadi inspirasi. Kumpulan inspirasi itu yang aku tangkap satu-satu dan olah sendiri, sesuai dengan minat bakatku, secara ngga langsung bentuk aku seperti sekarang ini.
Baru tahun ini juga mulai sadar *akhirnya* untuk membuat timeline tentang apa saja yang mau di pelajari untuk menambah skill dengan tujuan agar jadi bekal dikemudian hari. Kalau kata pepatah, hidup itu kayak roda, berputar aja terus. Apalagi semua ini diawali dengan pelajaran penting saat nganggur dulu dengan skill yang ga karuan tanpa ada portofolio yang dapat dibuktikan itu jadi motivasi buat bikin timeline ini. Dan, dunia ini penuh perubahan, apapun bisa terjadi, ingat disturbsi itu bisa terjadi, k-a-p-a-n-p-u-n. Tinggal kita nih, mau siap-siapnya gimana. Setelah aku inget-inget dengan pertimbangan sangat matang, ceileh, karena masalah pundi-pundi butuh dikeluarkan, Bulan lalu tercetus buat beli mesin jahit yang sebenarnya sudah dari dulu pingin punya tapi ya~ dana tak ada, sampai selama dua hari cuma liat video youtube tentang beberapa merk mesin jahit sekaligus riset tanya sana tanya sini mengenai mesin jahit mana yang sesuai dengan budget tapi bisa mendukung beginner kayak aku ini. Setelah nemu mesin jahit mana, lalu daftar kelas jahit, terimakasih instagram karena berkatmu, ketemu deh tempat lesnya. Waktu pertama ikut les, kesan nya adalah "susah" sambil mikir, ini baju yang selama ini aku pakai dibuatnya pakai ukur ini itu, memastikan jahitan rapi, harus pas dengan badan. Terlalu banyak tolak ukur yang dimaui, waktu bikin sendiri buset prosesnya banyak sekali. Batinku, pelan-pelan belajarnya yang penting senang, toh tujuannya juga buat "belajar". Baru ngerti, ternyata bikin pola itu kayak pelajaran matematika, hitungannya harus tepat saat mengukur biar ngga meleset, gunting kainnya juga harus bener. Beberapa kali salah gunting, salah bikin pola, kecetit jarum pentul, salah ngatur mesin jahitnya. Salah itu wajar kalau bener semua, ya ga akan butuh belajar. Atur ekspektasi serendah mungkin, batinku. Setelah 2 kali percobaan, bikin rok yang gagal dan mau aku benerin dari nol besok-besok kalau lagi slow aja~ akhirnya jadi Apron Dress. Seneng, seneng!
Kalau di fikir-fikir, kayaknya yang di atas sedang kasih waktu buat aku untuk memanfaatkan waktu dengan baik dengan cara eksplorasi apapun yang aku suka, yang dulu aku ga bisa karena banyak halangan dan alasan. Sekarang dikasih, masak iya mau menyia-nyiakan. Sekalian untuk reward buat diri sendiri, udah bisa bertahan sampai sekarang bukannya itu perlu diberi apresiasi. Buat ku, yang pelit pada diri sendiri, membeli suatu barang dengan penuh perhitungan harus yang diliat efek dikemudian hari, misal dengan adanya mesin jahit ini, investasinya bukan dalam bentuk uang. jangka pendeknya mengurangi pembelian baju haha karena akhir-akhir ini lagi suka baju yang aneh-aneh susah di cari jadi mau ga mau harus bikin. Dan juga, buat tahu dari mana sumber baju ini, cara pembuatannya.
Tentang waktu gimana cara baginya, oh tenang, yang ada di media sosial aku itu semua sudah ke filter dengan sendirinya. Bagian aku pulang kantor maunya goleran sambil maskeran dan nonton drama korea atau scrolling-scrolling instagram doang itu lolos dari postingan di instagram, kalau lagi rajin-rajinnya ikut workshop, belajar jahit, dan jalan-jalan oo tentu bisa masuk buat di post. Selain itu salah satu advise yang paling aku ingat, kalau dihitung-hitung buat orang yang kerja, kita ini punya hari libur nasional yang lumayan banyak, selain itu ada cuti tahunan, dan libur sabtu dan minggu. Waktu itu yang bisa dibuat untuk nambah skill yang sesuai apa yang di-mau-i.
Tentang waktu gimana cara baginya, oh tenang, yang ada di media sosial aku itu semua sudah ke filter dengan sendirinya. Bagian aku pulang kantor maunya goleran sambil maskeran dan nonton drama korea atau scrolling-scrolling instagram doang itu lolos dari postingan di instagram, kalau lagi rajin-rajinnya ikut workshop, belajar jahit, dan jalan-jalan oo tentu bisa masuk buat di post. Selain itu salah satu advise yang paling aku ingat, kalau dihitung-hitung buat orang yang kerja, kita ini punya hari libur nasional yang lumayan banyak, selain itu ada cuti tahunan, dan libur sabtu dan minggu. Waktu itu yang bisa dibuat untuk nambah skill yang sesuai apa yang di-mau-i.
Buat menampis spekulasi tentang sesuatu itu harus in line, gini, menurutku pribadi skill itu bisa di latih, kalau liat orang lain bisa dengan segala macam priviledge misal sesuai jurusan, punya budget, unlimited skill, mereka jalan ya aku harus lari jadi 3X lebih usahanya atau bisa lebih lagi buat memenuhi ekspektasiku sendiri.
Setiap orang menurutku itu punya caranya masing-masing buat bertahan hidup. Konteks bertahan hidup disini bukan melulu tentang makan, minum, punya sandang ataupun luas, melainkan lebih luas lagi. Kalau ditanya, kenapa masih mau ngurusin workshop padahal udah kerja, masih mau belajar jahit, masih mau masak bekel. Jawabannya adalah "This is the way I can survive to live my life" untuk mengalihkan dari hal-hal yang membuat tidak bisa bertahan seperti asumsi-asumsi yang terbentuk dengan sendirinya dari isi kepala ataupun hal-hal yang ngga diinginkan di sekitar yang ngga di ekspektasi datang. Cararaku, caramu, atau cara dia bisa saja beda, bisa jadi mereka survive dengan cara lain misal merokok, belanja sepatu, sepedah-an, jajan enak, olahraga, lari. And It's up to you, After all, you are the one who know how to bring your own life.
1 comments
keren tulisannya. selamat berkarya teroos. saya suka juga tampilan blognya
ReplyDeletebtw, jangan lupa mampir juga ke blog saya Blog Alister N ya. sekalian krisan kalo berkenan.