Make My Own Foods
05:42
Semenjak tinggal sendiri, keputusan terbaik yang saya ambil adalah masak sendiri. Padahal saya paling gabisa masak kalau di rumah, nasi goreng terbaik adalah buatan abang, sambal terenak adalah bikinan papa, masakan bahkan indomie aja jadi enak kalau dibuat oleh tangan mama. Biasanya saya jadi bagian icip-icip dan cuci-cuci haha. Entah ada angin apa, saya jadi rajin masak, sepertinya gara-gara men-subscribe channel youtube serta drama korea yang isinya "masak-masak-masak", baik sepertinya saya harus mencoba nya. Ini jadi sisi positif yang bisa diambil dari media sosial *ngeles*. Selain itu juga karena ingin lebih mengenal bahan makanan apa saja yang akan dimasukkan ketubuh. Terlebih lagi saya memiliki lambung yang sensitif, yang mengharuskan saya untuk sedia setiap saat obat radang lambung, telat makan sedikit badan udah dingin kaku, sampai beberapa kali saya masuk UGD atau bahkan yang paling parah saya hampir pingsan di klinik.
Proses pengenalan bahan makanan pun mulai difilter lagi, dari bahan yang bisa diterima oleh tubuh hingga tidak. Meminimalisir penggunaan MSG dengan produk lain, meniadakan gula sebagai penetral rasa ataupun untuk konsumsi tiap harinya. Setiap hari nya saya usahakan untuk membawa bekal sendiri. Pertanyaan yang sering datang ke saya "Kok sempet sih luk, masak sebelum berangkat ke kantor?" jawaban saya cuma "disempetin". Disatu sisi, saya memang suka mengolah bahan-bahan menjadi masakan, karena ada kepuasan tersendiri ketika olahan makanan tersebut jadi dan menghasilkan rasa yang ga ambyar-ambyar amat untuk lidah bahaha. Kayaknya ini jadi salah satu kegiatan agar tetap mindful setiap saat selain bersih-bersih haha. Masakan yang saya pilih pun biasanya sudah saya siapkan di isi kepala sebelum tidur, jadi setiap pagi saya sudah tau ingin masak menu apa. Biasanya setiap hari sabtu ataupun minggu, saya sempatkan untuk membeli daging ayam ataupun udang di pasar, yang saya olah menjadi ayam bumbu kuning dan siomay. Kepala udang tidak langsung saya buang begitu saja, karena sengaja disisihkan untuk dibuat kaldu. Pilihan sayur yang saya beli biasanya itu-itu saja, wortel dan kentang selalu ada di daftar belanjaan saya. Untungnya kosan saya dekat dengan pasar dan warung sayur yang setiap saat bisa saya datangi. Apalagi dengan membeli di pasar dan warung langganan, saya bisa bebas menggunakan tempat serta produce bag yang saya bawa.
Proses pengenalan bahan makanan pun mulai difilter lagi, dari bahan yang bisa diterima oleh tubuh hingga tidak. Meminimalisir penggunaan MSG dengan produk lain, meniadakan gula sebagai penetral rasa ataupun untuk konsumsi tiap harinya. Setiap hari nya saya usahakan untuk membawa bekal sendiri. Pertanyaan yang sering datang ke saya "Kok sempet sih luk, masak sebelum berangkat ke kantor?" jawaban saya cuma "disempetin". Disatu sisi, saya memang suka mengolah bahan-bahan menjadi masakan, karena ada kepuasan tersendiri ketika olahan makanan tersebut jadi dan menghasilkan rasa yang ga ambyar-ambyar amat untuk lidah bahaha. Kayaknya ini jadi salah satu kegiatan agar tetap mindful setiap saat selain bersih-bersih haha. Masakan yang saya pilih pun biasanya sudah saya siapkan di isi kepala sebelum tidur, jadi setiap pagi saya sudah tau ingin masak menu apa. Biasanya setiap hari sabtu ataupun minggu, saya sempatkan untuk membeli daging ayam ataupun udang di pasar, yang saya olah menjadi ayam bumbu kuning dan siomay. Kepala udang tidak langsung saya buang begitu saja, karena sengaja disisihkan untuk dibuat kaldu. Pilihan sayur yang saya beli biasanya itu-itu saja, wortel dan kentang selalu ada di daftar belanjaan saya. Untungnya kosan saya dekat dengan pasar dan warung sayur yang setiap saat bisa saya datangi. Apalagi dengan membeli di pasar dan warung langganan, saya bisa bebas menggunakan tempat serta produce bag yang saya bawa.
Masak juga jadi me-time ketika lagi butuh distraksi. Alat masak yang saya punya masih terbatas, seperti Teflon yang saya beli di progo dengan berbagai fungsi dari membuat pancake sampai menumis, ulekan yang dibelikan mama saat kami di muntilan, serta blender preloved yang saya beli dari teman. Tentu saya masih mengidam-idamkan oven, pengaruh film-film dan drakor yang suka masak, sayangnya terbatasnya daya listrik, jadi urung saya laksanakan, mungkin kalau saya sudah memiliki rumah sendiri jadi bisa bebas memiliki dapur yang luas.
Manfaat yang terasa ketika saya membawa bekal dan masak sendiri:
Manfaat yang terasa ketika saya membawa bekal dan masak sendiri:
- Radang lambung saya jarang kumat
Setiap harinya sudah terjadwal sarapan, makan siang, dan makan malam apa saja yang akan masuk ke tubuh saya. Bahan-bahan yang diolah sudah diketahui sumbernya dari mana, jadi kebersihan pun tentu terjaga.
- Hemat
Pengelolaan keuangan mulai stabil serta terselamatkan dengan membawa bekal sendiri. Apalagi kalau saya lagi memiliki keinginan untuk membeli sesuatu, seperti tahun lalu untuk menghadiahi diri saya saat ulangtahun, saya ingin memiliki kamera yang sudah saya idam-idamkan sejak 2 tahun lalu. Akhirnya saya harus menabung selama beberapa bulan, membawa bekal setiap hari, serta menolak ajakan Gofood. For me, if I have a will, so I'll try to make it happen.
- Less waste
Ketika membeli bahan makanan, pasti saya membawa kantong belanjaan serta kotak makanan untuk diisi daging, serta produce bag untuk membeli sayur dan bawang-bawang serta telur. Ini juga mengurangi penggunaan sampah plastik ketika membeli makanan dengan cara delivery order dengan ojek online.
Beberapa manfaat tersebut yang saya rasakan terlebih ini juga menjadi pembelajaran untuk saya agar selalu sabar untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, seperti halnya makanan. Ada proses yang harus dilalui agar siap untuk disantap.
0 comments