Pasar dan Pesta, Sabtu itu.
01:28
Semingguan kemarin Yogya lagi ramai sekali tamu nya ya, terlihat dari instastory beberapa orang yang saya follow di instagram sedang mengunjungi kota ini dan melihat jalanan yang ramai dengan plat nomor luar kota. Mungkin mereka ingin menikmati akhir pekan di kota yang nyaman ini, lepas dari rutinitas untuk menghidupi diri sendiri ataupun anggota keluarganya. Untuk kamu yang ingin rehat sebentar, Yogya memang bisa diandalkan. Kebetulan juga ada pagelaran yang dilakukan serentak pada akhir pekan lalu, dari pasar hingga pesta. Saya pun memilih mengambil dua-dua nya, sudah cukup mata saya melihat layar 8 jam selama 5 hari penuh. Kedip kedip sudah mata saya ini, tanda harus pake alat bantu segera, tapi nanti aja, padahal kalau pake kacamata bisa keliatan pinter ya. Haha. Balik lagi ke pagelaran serentak ini adalah Pesta Boneka dan Pasar Mustokoweni yang satu acara tahunan, yang satu acara rutin sebulan dua kali. Panas sih keluar tengah hari, apalagi matahari lagi persis di atas kepala. Tetep, harus kesana. Kapan lagi. Sabtu kemarin sebelum ke Pesta Boneka, saya sengaja mampir dulu ke Pasar Mustokoweni yang tidak terlalu jauh dari Java Poetry. Karena searah ini (walaupun gitu tetep aja belum tau dimana) jadi mengandalkan map aja. Kalau nyasar, tinggal tanya orang, meskipun selalu dikasih aba-aba "ke Selatan, Mbak" orang Jogja ini suka memberi arah menggunakan arah mata angin biasanya langsung saya balas "Kanan kiri aja Pak, sambil pasang muka melas" haha. Ketika masuk di area halaman hotel mustokoweni ini, sudah terlihat beberapa lapak penjual produk lokal buatan rumahan.
Pasar Mustokoweni ini dulunya bernama Pasar Sagan yang digagas oleh Sarah Chandra. Tujuannya untuk menghubungkan produsen produk lokal untuk berinteraksi dengan para pengunjung. Rindang sekali tempat ini, dengan pepohonan besar menjulang, jadi yang berkunjung kesini ga perlu khawatir dengan teriknya matahari Yogya. Beberapa kali saya melihat pembeli yang bawa kantong belanjaan sendiri seperti kantong serut atau totebag dan juga tempat makan merk ternama itu yang merupakan harta berharga persatuan ibu-ibu ketika membeli makanan. Saya pun juga sengaja dari kosan bawa beberapa tempat makan dan totebag. Memang dari publikasi yang dilakukan tim Pasar Mustokoweni ini menganjurkan pengunjungnya untuk membawa tempat sendiri dengan maksud agar mengurangi sampah yang di produksi pada pagelaran pasar ini.
Pasar ini dibuka setiap 2 kali dalam satu bulan, dengan durasi waktu 3 jam dari pukul 12:00 - 15:00 WIB. Ada sekitar lebih dari 15 lapak yang digelar kemarin, dari bahan siap santap hingga bahan yang siap di olah, sayuran organik, makanan tanpa MSG, roti homemade, es kopyor, sabun homemade, dan lain sebagainya. Mata saya pun tertarik dengan lapak Artami, karena biasanya melihat roti homemade ini dari youtube. Pilihan saya jatuh pada Chocolate Coconut Cake, yang sampai sekarang masih terbayang rasanya, manis dan sayang untuk dihabiskan. Tetep aja habis dalam sekejap haha. Selain itu juga nyoba selai strawberry nya untuk kudapan pelengkap dengan roti gandum untuk sarapan. Karena maksud saya untuk makan siang sekalian, saya juga coba Kian Siomay yang lembut sekali. Jadi keinget siomay bikinan saya yang ga bisa selembut itu karena harus dicincang sendiri wkwkwk. Kayaknya campuran tepungnya dikit sekali, jadi pas sekali. Ada perasaan yang susah dijabarkan dengan kata-kata saat melihat tempat ini, begitu hidup dengan mereka yang ga capek buat ngingetin kalau makan sehat dan life style serta mencintai bumi itu adalah pilihan dan tanpa paksaan karena lagi, yang menerima efeknya adalah diri sendiri berupa kepuasan batin. Ingin sekali, pasar seperti ini ada di Semarang juga dan di kota lain.
Selesai makan siomay, saya memutuskan untuk lanjut ke Java Poetry karena mau nonton pertunjukkan yang jam 3 dan ketemu dengan Zahra yang lagi buka booth pipimerah. Pesta Boneka yang diinisiasi oleh Papermoon Pupet yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2008. Saya membawa buku anak-anak salah satunya adalah The Little Prince dan beberapa buku cerita, semua acara memang free of charge, pengunjung hanya diminta untuk membawa buku anak-anak non religius. Ketika sampai di Java Poetry walaupun sempat nyasar, entah kenapa bangunan nya mengingatkan saya pada jalanan di Bandung. Beberapa orang dengan buku di tangannya siap mengambil nomor antrian pertunjukkan dengan membuat antrian panjang hampir ke pagar, ramai, saya dalam hati "banyak ya yang antusias sekali datang ke acara ini". Mereka yang saling support dengan para pengisi acara, di belakang saya saat itu ada beberapa mba-mba dan mas-mas yang datang dari Jakarta buat ke acara ini khusus untuk support temannya, dan ga sengaja juga saya dengar kalau mereka harus cepat-cepat ke stasiun untuk mengejar kereta pulang. Takjub. Seneng ya liat antusias orang orang buat datang ke pesta ini. Ketika antrian saya mendekati meja registrasi, ternyata ABC (Aio Bersama Cemrut) sudah mau tampil, terlihat anak-anak mendominasi bagian depan sambil memasang tampang penasaran dengan cerita atau dongeng yang dibawakan. Saya yang tadinya mau lewat saja, terpancing dengan cerita yang dibawakan. Akhirnya saya berdiri didekat panggung mendengarkan secara seksama, cerita dongengnya tentang Astaganaga, kami penonton pun diajak ikut bersuara seperti teriakan Astaganaga ketika ada suara Apa dari Mba Cemprut dan Mas Aio. Enth berapa kali kami penonton dibawa tertawa terbahak-bahak dengan celotehan lucu yang dikeluarkan pendongeng. Ada gerakan-gerakan yang diminta dengan leluasa kami prakekkan seperti menjulurkankan kedua tangan menunjukkan pelukan ke Asta. Interaksi lain seperti ketika ditanya apa yang bisa menghasilkan api di kerongkongan Asta, semua berebut menjawab ada yang menjawab kertas, korek, kompor, hingga sambal haha. Sebelah saya saat itu adalah orang tua muda dengan menggendong anak balitanya sambal memberikan penjelasan ke anaknya dengan pendekatan bahasa sendiri agar si anak mengerti. Besok kalau punya anak, semoga masih ada acara seperti ini. :)
Ada sekitar lebih dari 5 brand lokal membuka booth nya disini seperti Pipimerah_ID, Teliti, Kaloka, dan Hip me. Jogja ini entah orangnya atau apa nya ya yang membuat pemilik brand lokal diterima dan didukung sekali. Sambil menunggu pukul 15:30 karena saya mendapatkan sesi ke 2 untuk melihat pertunjukkan boneka dari Marie yang berasal dari Paris, saya memperhatikan pasangan dari Mexico yang sedang siap-siap memberikan pertunjukkannya, 10 menit untuk 2 orang dengan dipasangkan headphone di kepala penontonnya. Mereka pun menarik tali yang dipasangkan oleh boneka dengan seksama, saya sempat mengintip isi dibalik rumah-rumahan kardus itu. Ada 2 pasang boneka dan dekorasi seperti rumah-rumahan lengkap dengan pernak-perniknya. Saya seperti dibawa ke memori saat menonton pinokio yang suka saya tonton saat kecil lalu. Sambil lalu, saya tersadar antrian di bilik yang ditunjukkan panitia sebelumnya sudah mulai menjalar, ikut mengantri lah saya daripada ketinggalan. Saat masuk ke ruangan dengan tirai hitam mengitari, pembawa acara pun meminta kami penonton untuk menyimpan HP dan kamera, dengan pesan "30 menit ini sayang dilewatkan kalau hanya memotret saja" saya pun mengamini itu. Sudah cukup melihat handphone mendominasi dunia pertunjukkan. Pesan yang dibawa Marie ini mengenai lingkungan yang sangat berkorelasi dengan issue yang diangkat saat ini, yaitu sampah dan keserakahan. Tepuk tangan penonton pun mengisi ruangan hening ini selama 30 menit. Terimakasih sekali Pesta Boneka, sudah memberikan pagelaran yang berati. Tahun depan, ingin lagi melihat ini. :)
Selesai makan siomay, saya memutuskan untuk lanjut ke Java Poetry karena mau nonton pertunjukkan yang jam 3 dan ketemu dengan Zahra yang lagi buka booth pipimerah. Pesta Boneka yang diinisiasi oleh Papermoon Pupet yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2008. Saya membawa buku anak-anak salah satunya adalah The Little Prince dan beberapa buku cerita, semua acara memang free of charge, pengunjung hanya diminta untuk membawa buku anak-anak non religius. Ketika sampai di Java Poetry walaupun sempat nyasar, entah kenapa bangunan nya mengingatkan saya pada jalanan di Bandung. Beberapa orang dengan buku di tangannya siap mengambil nomor antrian pertunjukkan dengan membuat antrian panjang hampir ke pagar, ramai, saya dalam hati "banyak ya yang antusias sekali datang ke acara ini". Mereka yang saling support dengan para pengisi acara, di belakang saya saat itu ada beberapa mba-mba dan mas-mas yang datang dari Jakarta buat ke acara ini khusus untuk support temannya, dan ga sengaja juga saya dengar kalau mereka harus cepat-cepat ke stasiun untuk mengejar kereta pulang. Takjub. Seneng ya liat antusias orang orang buat datang ke pesta ini. Ketika antrian saya mendekati meja registrasi, ternyata ABC (Aio Bersama Cemrut) sudah mau tampil, terlihat anak-anak mendominasi bagian depan sambil memasang tampang penasaran dengan cerita atau dongeng yang dibawakan. Saya yang tadinya mau lewat saja, terpancing dengan cerita yang dibawakan. Akhirnya saya berdiri didekat panggung mendengarkan secara seksama, cerita dongengnya tentang Astaganaga, kami penonton pun diajak ikut bersuara seperti teriakan Astaganaga ketika ada suara Apa dari Mba Cemprut dan Mas Aio. Enth berapa kali kami penonton dibawa tertawa terbahak-bahak dengan celotehan lucu yang dikeluarkan pendongeng. Ada gerakan-gerakan yang diminta dengan leluasa kami prakekkan seperti menjulurkankan kedua tangan menunjukkan pelukan ke Asta. Interaksi lain seperti ketika ditanya apa yang bisa menghasilkan api di kerongkongan Asta, semua berebut menjawab ada yang menjawab kertas, korek, kompor, hingga sambal haha. Sebelah saya saat itu adalah orang tua muda dengan menggendong anak balitanya sambal memberikan penjelasan ke anaknya dengan pendekatan bahasa sendiri agar si anak mengerti. Besok kalau punya anak, semoga masih ada acara seperti ini. :)
Ada sekitar lebih dari 5 brand lokal membuka booth nya disini seperti Pipimerah_ID, Teliti, Kaloka, dan Hip me. Jogja ini entah orangnya atau apa nya ya yang membuat pemilik brand lokal diterima dan didukung sekali. Sambil menunggu pukul 15:30 karena saya mendapatkan sesi ke 2 untuk melihat pertunjukkan boneka dari Marie yang berasal dari Paris, saya memperhatikan pasangan dari Mexico yang sedang siap-siap memberikan pertunjukkannya, 10 menit untuk 2 orang dengan dipasangkan headphone di kepala penontonnya. Mereka pun menarik tali yang dipasangkan oleh boneka dengan seksama, saya sempat mengintip isi dibalik rumah-rumahan kardus itu. Ada 2 pasang boneka dan dekorasi seperti rumah-rumahan lengkap dengan pernak-perniknya. Saya seperti dibawa ke memori saat menonton pinokio yang suka saya tonton saat kecil lalu. Sambil lalu, saya tersadar antrian di bilik yang ditunjukkan panitia sebelumnya sudah mulai menjalar, ikut mengantri lah saya daripada ketinggalan. Saat masuk ke ruangan dengan tirai hitam mengitari, pembawa acara pun meminta kami penonton untuk menyimpan HP dan kamera, dengan pesan "30 menit ini sayang dilewatkan kalau hanya memotret saja" saya pun mengamini itu. Sudah cukup melihat handphone mendominasi dunia pertunjukkan. Pesan yang dibawa Marie ini mengenai lingkungan yang sangat berkorelasi dengan issue yang diangkat saat ini, yaitu sampah dan keserakahan. Tepuk tangan penonton pun mengisi ruangan hening ini selama 30 menit. Terimakasih sekali Pesta Boneka, sudah memberikan pagelaran yang berati. Tahun depan, ingin lagi melihat ini. :)
1 comments
Gambaran Jogja yang humanis. Jadi kangen nih...
ReplyDelete